Senin, 28 Februari 2011

10 Dampak dari pemanasan GLOBAL

10 DAMPAK PEMANASAN GLOBAL



Iklim yang menghangat menyebabkan gletser mencair, menyebabkan perubahan raksasa pada keseimbangan ekosistem flora dan fauna.  (GETTY IMAGES)
Iklim yang menghangat menyebabkan gletser mencair, menyebabkan perubahan raksasa pada keseimbangan ekosistem flora dan fauna. (GETTY IMAGES)
(Epochtimes.co.id)
Mencairnya es kutub, kehidupan yang bergolak, iklim yang tak menentu, hewan pun tersesat, satelit bergerak semakin cepat, gunung semakin tinggi… seluruh bumi terjadi perubahan terbalik, keseimbangan ekosistem berbalik, derap langkah perubahan iklim kian memicu misteri dan ketidak-tenangan.
Apakah dampak  dari menghangatnya iklim dunia? Majalah AS Live Science untuk pertama kalinya mengulas secara khusus 10 dampak mencengangkan dari fenomena ini. Selain itu, pemanasan global mungkin membawa dampak bagi belahan bumi selatan dan utara. Banjir besar yang menghantam Australia di akhir 2010 dan kemarau yang melanda wilayah utara  Tiongkok seolah membuktikan argumen ini.
10 dampak pemanasan global yang mengejutkan
Majalah Live Science mengulas 10 dampak yang diakibatkan pemanasan global pada manusia. Urutan dari akhir hingga awal adalah sebagai berikut:
10. Alergi makin parah
Selama beberapa puluh tahun terakhir, penderita alergi musiman dan asma di AS semakin banyak. Hal ini ada kaitannya dengan efek rumah kaca yang timbul akibat pemanasan global. Meskipun perubahan gaya hidup dan pencemaran lingkungan menyebabkan interaksi antara manusia dan sumber alergi semakin meningkat, namun penelitian menemukan bahwa meningkatnya CO2 di udara dan menghangatnya iklim telah mempercepat tanaman untuk berbunga lebih awal, menimbulkan lebih banyak serbuk bunga dan mengakibatkan sumber alergi muncul lebih awal, sehingga alergi musiman menjadi lebih lama.
9. Pindah ke dataran tinggi
Sejak awal abad lalu, spesies pengerat seperti tupai dan tikus telah memindahkan tempat tinggalnya ke tempat yang lebih tinggi dari permukaan laut. Hal ini mungkin diakibatkan efek rumah kaca yang telah mengubah lingkungan hidup mereka. Seiring mencairnya lapisan es di Kutub Utara, lingkungan hidup di Kutub Utara juga telah mengalami perubahan.
8. Kehidupan Kutub Utara yang energik
Meskipun cairnya lapisan es di Kutub Utara menyebabkan bencana bagi kehidupan flora dan fauna di dataran rendah, namun lingkungan baru ini justru kian memberikan cukup sinar matahari bagi makhluk hidup di Kutub Utara. Biasanya, tanaman di Kutub Utara lebih banyak tertimbun di dalam lapisan es. Namun kini saat lapisan es mencair semakin awal, tanaman Kutub Utara kian mengharapkan pertumbuhan - penelitian menemukan adanya efek fotosintesis yang derajatnya lebih tinggi. Ketika cairnya lapisan es di Kutub Utara mendatangkan bencana bagi flora dan fauna yang hidup di dataran rendah, klorofil justru tumbuh dari dalam tanah, menyebabkan suburnya pertumbuhan makhluk hidup di Kutub Utara.
7. Mencabut sumbat
Selama puluhan tahun terakhir, sebanyak 125 danau di Kutub Utara dinyatakan hilang. Hal ini semakin mendukung teori bahwa efek rumah kaca di kedua kutub bumi sangat parah. Kemana larinya air di danau-danau itu? Kemungkinan besar air dari danau mengalir masuk ke dalam lapisan tanah beku yang terletak di bawah danau. Saat lapisan tanah beku mencair, air dapat meresap ke dalam tanah, persis seperti mencabut sumbat pada kolam mandi. Saat danau menghilang, tentu saja ekosistem danau  juga ikut lenyap.
6. Pencairan besar
Iklim yang menghangat tidak hanya mencairkan gletser, tapi juga menyebabkan cairnya lapisan tanah beku di bawah permukaan bumi. Hal ini akan mengakibatkan susutnya permukaan tanah, tinggi rendah tanah yang tidak beraturan, lubang dalam, serta rusaknya infrastruktur dan bangunan seperti rel kereta api, jalan raya, rumah, dan lain-lain. Mencairnya lapisan tanah beku di dataran tinggi bahkan mungkin akan mengakibatkan longsor dan banjir bandang. Baru-baru ini ditemukan penyakit yang sudah tertidur lama seperti cacar air, yang mungkin akan muncul kembali karena bangkai hewan purbakala juga ikut mencair seiring dengan mencairnya lapisan tanah beku.
5. Yang kuat bertahan
Efek rumah kaca menyebabkan musim semi tiba lebih awal, jenis unggas yang tidak mampu beradaptasi mungkin akan kesulitan menemukan serangga. Karena bunga pada tanaman mekar lebih awal, hewan-hewan yang waktu migrasinya  lama kemungkinan tidak akan dapat menemukan makanan. Sementara makhluk hidup yang dapat beradaptasi atau hewan yang bermigrasi lebih awal mungkin akan mendapatkan peluang hidup lebih besar, berkembang biak, dan meneruskan gen ke generasi berikutnya. Struktur genetika mereka juga akan mengalami perubahan.
4. Satelit bertambah cepat
Dampak dari efek rumah kaca bahkan mungkin juga mencapai angkasa luar. Meskipun lapisan udara di luar atmosfir  sangat tipis, namun gesekan antar partikel udara tetap akan membuat kecepatan satelit menjadi lambat. Satelit perlu dikalibrasi secara rutin untuk membuatnya kembali ke orbit semula. Di permukaan bumi, tabrakan antar partikel CO2 akan mengeluarkan energi, menciptakan kalori, dan memanaskan udara di sekitarnya. Namun karena lapisan sangat tipis, kemungkinan terjadinya tabrakan antar partikel CO2 di lapisan luar atmosfer sangat kecil, sehingga energi lebih banyak dilepaskan keluar. Makin banyaknya partikel CO2  di luar lapisan atmosfer mengakibatkan udara semakin banyak yang membeku, kepadatan udara semakin berkurang, sehingga gesekan dengan satelit menjadi semakin kecil, yang mengakibatkan kecepatan lintasan satelit semakin cepat.
3. Gunung semakin tinggi
Para pendaki gunung mungkin belum memperhatikan. Selama satu abad terakhir, akibat dari mencairnya gletser di puncak gunung  mengakibatkan pegunungan Alpen dan pegunungan lainnya menjadi semakin tinggi. Ratusan bahkan ribuan tahun lamanya berat gletser menekan permukaan tanah hingga membuatnya susut. Saat gletser mencair, berat itu juga hilang, sehingga permukaan tanah pun berbalik ke atas. Karena efek rumah kaca mempercepat cairnya gletser , berbaliknya pegunungan pun menjadi semakin cepat.
2. Situs sejarah rusak
Biara, tempat tinggal kuno, dan bangunan kuno lainnya di seluruh dunia adalah bukti peradaban yang ada di masa lalu. Namun kini semua itu harus menghadapi cobaan waktu. Efek rumah kaca menyebabkan permukaan laut semakin tinggi, iklim yang ekstrim juga menjadi ancaman bagi peninggalan bersejarah yang sangat berharga. Banjir telah menghancurkan Sukhothai, ibukota kuno Thailand yang berusia 600 tahun.

Ilmuwan beranggapan bahwa kebakaran hutan ada kaitannya dengan iklim yang memanas dan salju yang mencair. (GETTY IMAGES)
1. Ancaman kebakaran hutan
Mencairnya gletser  tampaknya berpengaruh pada peningkatan frekuensi badai topan, sementara efek rumah kaca semakin memperburuk kebakaran hutan di AS. Selama puluhan tahun terakhir, beberapa negara bagian di wilayah barat kerap mengalami kebakaran hutan yang cukup lama dan mencakup area yang cukup luas. Ilmuwan beranggapan bahwa kebakaran hutan ada kaitannya dengan iklim yang memanas dan salju yang mencair lebih dini. Saat musim semi tiba, salju akan mencair lebih cepat, sehingga hutan menjadi lebih kering, dan setelah kering dalam waktu lama, akan menimbulkan kemungkinan kebakaran yang lebih besar.
Bumi pada abad-30
Selain itu artikel lainnya pada Majalah Live Science menunjukkan bahwa ilmuwan telah menciptakan dua pemandangan lewat rekayasa komputer: pertama, keadaan pada tahun 3000 masehi jika manusia tidak lagi mengeluarkan CO2 secara berlebihan seperti sebelum 2010.
Kedua, keadaan pada tahun 3000 masehi jika manusia berhenti mengeluarkan CO2 secara berlebihan sebelum 2100. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun penggunaan CO2 dihentikan atau ditemukan cara untuk menyaringnya, pemanasan global hanya merupakan masalah waktu, cepat atau lambat, dan tidak akan berhenti karena upaya-upaya tersebut.
Seorang peneliti bernama Sean menyatakan, CO2 yang telah dikeluarkan sejak dulu hingga sekarang tetap eksis di dalam atmosfir dan lautan, menyebabkan suhu udara di kedua tempat selalu tinggi, tidak seperti suhu udara di darat yang meningkat perlahan.
Menurut rekayasa komputer tersebut, dampak pemanasan global akan lebih dahulu terjadi di belahan bumi selatan. Sean menyatakan, cuaca dibelahan bumi utara akan menjadi lebih dingin setelah tahun 2100, curah hujan pada lintang tinggi menjadi berkurang, tapi dampak yang dirasakan di belahan bumi selatan adalah yang paling besar. Ini dikarenakan wilayah belahan bumi utara lebih luas, dan sifat daratan lebih cepat menyerap panas dan dingin daripada lautan.
Setelah pengeluaran CO2 berkurang, fenomena pemanasan global di daratan akan segera melambat, tapi tidak demikian halnya dengan lautan. Kemampuan lautan menyerap panas dan dingin adalah sangat lambat, meskipun suhu pada permukaan laut sudah mendingin, tapi suhu di dasar lautan masih terus meningkat, dan lautan justru mencakup sebagian besar dari luas seluruh permukaan belahan bumi selatan.
Tapi ini bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan belahan bumi selatan menjadi hangat. Sesuatu aliran yang sangat dalam sedang mengalir dari utara Samudera Atlantik menuju Kutub Selatan, yang akan diiringi oleh air hangat, bersama hembusan angin yang sangat kuat akan membantu membawa air hangat ke lautan di belahan bumi selatan.
Di samping itu, fenomena selatan yang hangat dan utara yang dingin ini mungkin akan menimbulkan banyak lapisan awan atau sambaran petir di Zona Konvergensi daerah tropis. Oleh karena itu meskipun pengeluaran CO2 dihentikan pada 2100, namun keadaan Kutub Utara tidak akan mengalami perubahan apa pun.
Meski pada 2100 manusia terus berupaya menekan pengeluaran CO2 guna menghambat pemanasan global, namun dampak ini akan tetap dirasakan pada 1.000 tahun kemudian. Hingga tahun 3000, pemanasan global akan menjadi topik utama. Menurut penelitian terbaru, gunung es di wilayah barat Kutub Selatan akan segera runtuh, permukaan laut di seluruh dunia akan meningkat dengan cepat setinggi 4 meter.  (Pan Meiling / The Epoch Times / lie)

sumber :
http://www.epochtimes.co.id/internasional.php?id=1016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar